menu

Rabu, 28 November 2012

kasih sayang

Cinta Yang Indah ( Beautiful Love )
Matahari baru saja beranjak naik, namun suasana di sebuah desa di daerah jawa barat sudah mulai sibuk. Beberapa orang dengan seragam coklat krem, dan peci warna krem juga le...

ngkap dengan logo bendera merah putih, tampak lalu lalang di depan sebuah rumah. Mereka adalah prajurit pejuang kemerdekaan. Di antara mereka terlihat ada yang membawa makanan, minuman, sebagian tampak menyusun meja dan dekorasi.
' Sersan Chaerur Raka Rizaki dan Suster Renita Wulandari '. Sebuah spanduk putih besar dengan tulisan warna merah, menunjukkan ' yang punya hajat ' dari acara pernikahan, yang di penuhi oleh undangan yang kebanyakan di hadiri oleh para pejuang kemerdekaan. ' Mereka pasangan yang serasi... ' salah seorang undangan berbisik pada temannya. ' Betul letnan Bono.. Sersan Raka tampan, dan Nita kelihatan sangat cantik ' undangan yang satunya menjawab dengan tersenyum. Letnan Bono kembali berbisik, ' Kamu kapan, Sersan Lukman.....? '
Sersan Lukman hanya tersenyum, ia malah memberi tanda mengajak Letnan Bono untuk mengambil hidangan yang sudah di sediakan. Lalu bergabung dengan para undangan lainnya.
Menjelang larut malam, pesta pun berakhir. Satu - persatu undangan berpamitan pulang. Hingga akhirnya hanya tersisa keluarga dan orang - orang yang di tunjuk untuk membantu membereskan sisa - sisa pesta yang di tinggalkan. Raka yang dari tadi tampak gelisah, melirik pasangan pengantin barunya, ' Sekarang kita ngapain...? ' Di goda suaminya, Nita tidak menjawab. Ia justru berbalik badan dan langsung menggandeng tangan Raka, lalu menariknya masuk kedalam kamar pengantin yang sudah di siapkan.......
Kamar pengantin yang terdapat dalam rumah yang sederhana namun luas itu terlihat asri. Di pintu kamar terlihat hiasan dalam bentuk tulisan ' Raka dan Nita ' Desember 1948. Mere...
ka berdua memang ingin mengabadikan tanggal pernikahannya sebagai tanda keabadian cinta mereka. Mereka berdua pun memasuki kamar impian...
Beberapa waktu yang lalu, sebelum acara pernikahan, Raka sebenarnya sudah berencana mundur dari keprajuritan. Namun ia mengurungkan niatnya karena alasan patriotisme. Buat Raka, selama penjajah masih berkeliaran di bumi Indonesia, ia tidak akan bisa menikmati kebahagiaan bersama istri tercintanya.
Sebenarnya pemimpin Indonesia pada waktu itu, Presiden Soekarno, sudah tiga tahun yang lalu memproklamasikan kemerdekaan indonesia. Hanya saja pemerintah Belanda seperti belum bisa mengakui kemerdekaan Indonesia. Belanda berkali - kali melakukan propaganda yang menyatakan bahwa Republik Indoneisa sudah tidak ada lagi. Panglima Besar Jendral Sudirman saat itu sudah melaporkan resolusi Dewan Keamanan PBB dan penolakan Belanda tentang resolusi itu.
Dan puncaknya adalah agresi milter Belanda ke dua yang terjadi di bulan Desember 1948. Hal ini membuat Raka kembali berseragam pejuang, karena Raka adalah salah satu pejuang pemberani dan punya jiwa patriot sejati.
Tugas - tugas kecil sebagian sudah Raka lewati. Dan kini, saat kehamilan istrinya memasuki usia tiga bulan, tugas besar justru mengharuskan Raka meninggalkan istrinya. Raka yang sudah di kenal dengan jiwa patriotnya di uji tanggung jawabnya untuk membela negara. Ia di tugaskan ke daerah Yogyakarta untuk melakukan pertempuran besar....!
Nita sempat meminta Raka untuk absen dari tugas. Namun penjelasan Raka tentang pentingnya mengusir penjajah dari Indonesia, membuat Nita memaklumi. Dengan syarat, ia minta juga minta di tugaskan di wilayah yang sama. Awalnya Raka tidak setuju, namun Nita berhasil meyakinkan bahwa ia akan baik - saja, serta keinginannya untuk selalu dekat dengan Raka, membuat Raka akhirnya menyetujuinya. Ya, sebelumnya nita juga seorang perawat para prajurit Indonesia, tugas itu juga yang membuatnya di pertemukan dengan Raka.
Rencana serangan besar - besaran itu adalah 1 Maret 1949.
Awal Februari 1949 mereka berangkat menuju Yogyakarta. Bersama dengan prajurit pejuang lainnya mereka menuju pos yang sudah di tentukan. Para pemimin pejuang pun menyusun rencana. Latihan, pengaturan lokasi, pengaturan penyerangan, serta pengaturan waktu pun di siapkan dengan perhitungan matang. Nita di tugaskan di pos yang berjarak sekitar dua kilometer dari tempat pertempuran, tempat Raka manjalankan tugasnya sebagai salah satu pemimpin di barisan depan medan pertempuran. Tak lupa, Raka, Nita, beserta para pejuang lainnya berdoa untuk keselamatan dan kaelancaran tugasnya. Yang terpenting, untuk kedaulatan negeri tercinta ini, Indonesia.
Tanggal 1 Maret 1949. Hari yang di rencanakan pun tiba. Pukul 06.00 pertempuran pun di mulai.......
Serangan oleh para pajuang serentak di arahkan ke Yogyakarta dan sekitarnya, yang saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia. Raka dengan di bantu sersan Lukman menyusup l...
angsung ke pusat kota. Mereka kemudian berpencar membagi tugas.
Korban berjatuhan. Pasukan penjajah mulai terdesak.
Saat masuk menyerbu markas musuh, tanpa sengaja Raka yang mengerti bahasa Belanda, mendengar percakapan mereka. Mereka merencanakan mundur namun sekaligus menghancurkan tempat yang mereka lewati. Dan salah satu tempat itu adalah tempat di mana istrinya bertugas....!
Takut terjadi sesuatu dengan istrinya, Raka pun memburu mereka dan mencoba untuk menghentikannya. Raka lalu mengajak sersan Lukman untuk membantunya. Berdua mereka menggunakan mobil yang ada mangejar pasukan Belanda yang hendak kabur dan menghancurkan wilayah di mana istrinya bertugas. Beberapa menit kemudian musuh pun terkejar. Mereka sedang membabi buta menyerang semua yang di lewatinya. Raka pun langsung memberikan perlawanan. Adu tembak terjadi. Berbekal pengalaman dan kemampuannya Raka berhasil memukul mereka hingga tinggal dua orang. Sayangnya Raka kehabisan peluru. Ia lalu meminta sersan Lukman untuk meminta bantuan. Sersan Lukman segera pergi, sementara Raka bersembunyi di balik mobil mengawasi musuh.
Tidak butuh waktu lama, dua orang pasukan Belanda tadi menemukan persembunyian Raka. Mereka langsung menodongkan pistol ke kepala Raka. Berfikir sejenak, Raka lalu mengambil tindakan nekat. Dengan perhitungan, dan keahlian yang matang, Ia berhasil merebut senjata mereka. dan langsung menghabisinya. Raka merasa lega, ia selamat, istrinya pun terselamatkan. Namun, belum sempat ia berdiri, tiba - tiba ada yang memukul kepelanya dari belakang. Raka pun roboh.
Saat terbangun, Raka bingung. Ia berada dalam penjara, dan melihat istrinya sedang menangis. Setelah mendengar cerita istrinya, Raka terkejut dan marah bukan main. Ia dianggap bersalah, tuduhannya tidak main - main, penghianat negara....! Raka mengamuk, mencoba menjelaskan semuanya, membela diri, namun semua bukti mengarah padanya. Raka di tuduh bekerjasama dengan musuh menghancurkan kekuatan Tentara Indonesia dari dalam. Untung ada sersan Lukman yang menghentikan mereka, begitulah kronologi yang di jelaskan oleh para pengadil.
Masih marah, syok, dan bingung, Raka sayup - sayup mendengar putusan pengadil bahwa ia di jatuhi hukuman seumur hidup...!
Nita bahkan sampai pingsan mendengarnya. Raka hanya mengguman sambil menahan amarah, ' Ini tidak adil... ini tidak adil.... ini pasti fitnah.. '
Raka pantas marah.... Niat untuk menyelamatkan negara dan istrinya dibalas dengan fitnah....!
Setiap hari Nita menjenguk suaminya. Raka tidak tega, ia mencoba menenangkan istrinya, dan memintanya untuk befikir jernih. Tidak terasa sebulan sudah Raka menjalani hukuman. Teman - temannya yang masih percaya terhadap Raka mencoba memberi dukungan. Hingga akhirnya mereka sepakat membantu Raka untuk menyelidiki kembali kasus Raka. Rencana pun di atur. Sementara Raka meminta untuk tidak melibatkan istrinya, mengingat usia kehamilannya rang makin rawan. Dengan tetap menjadi rahasia, penyelidikan pun di mulai.....
Perjuangan mencari kebenaran untuk kebebasan Raka tidaklah mudah. Berkali - kali usaha mereka menemui jalan buntu. Raka nyaris putus asa. Nita bahkan sudah tidak bis...
a menangis lagi. Air matanya sudah habis. Sersan Lukman, sahabat Raka dengan setia menemani dan menghibur Nita. Kini, tinggal keajaiban yang bisa membebaskan Raka dari hukuman seumur hidupnya. Namun, teman - teman Raka tidak patah semangat untuk terus berjuang untuk meyakinkan bahwa Raka tidak bersalah.
Tiga tahun berlalu. Nita telah melahirkan anak perempuan yang cantik. Namanya Rakanita, gabungan dari nama kedua orang tuanya. Kini, Nita sudah berusia dua setengah tahun. Sementara Raka semakin putus asa, ia hanya bisa memeluk anaknya dari dalam penjara. Anaknya bahkan takut melihat ayahnya sendiri. Hanya cinta yang begitu kuat yang membuat Raka dan Nita tetap bertahan, tetap saling setia. Hingga suatu saat, Lukman, sahabat Raka yang selama ini menemani Nita, mencoba menggoda Nita untuk melupakan Raka dan memulai hidup baru bersamanya. Nita terkejut dan menolak Lukman dengan alasan masih mencintai Raka dan tetap berkyakinan bahwa Raka akan di bebebaskan karena benar - benar tidak bersalah. Lukman tampak kecewa dan marah, ia merasa sudah cukup banyak berkorban untuk menjaga Nita, namun ia merasa tidak di hargai. Ia pun pergi.
Dan keajaiban itu datang. Kerja keras dan doa memang selalu ada hasilnya. Harapan muncul kembali ketika tersiar kabar bahwa ada seorang saksi yang siap membuktikan Raka sama sekali tidak bersalah, bahkan seharusnya ia mendapatkan penghargaan atas perjuangannya membela negara. Salah seorang tentara Belanda yang waktu itu bentrok dengan Raka ternyata masih hidup dan sedang berada di Indonesia untuk mempertanggungjawabkan masalh negaranya. Teman - teman Raka memberitahukan hal ini kepada Raka. Raka dan Nita begitu bahagia. Sementara Nita bersiap menjemput Raka, teman -teman Raka sedang berdiskusi dengan para pengadil di dalam penjara. Sidang banding memang belum di mulai, namun yang mengejutkan adalah tersangka kini mengarah kepada sersan Lukman. Menurut kesaksian tentara Belanda yang masih hidup, bahwa ketika Raka baru saja mengalahkan mereka, sersan Lukman justru memukul Raka dari belakang dan mengatur rencana seolah - olah Raka bekerja sama dengan tentara belanda.
Mendengar ini, Raka tersentak, ia baru sadar, Lukman memang mengincar Nita dari dulu. Namun kakak Nita yang laki - laki dengan tegas menolak. Dan Lukman bukannya membuktikan niat baiknya justru berkelahi bahkan membunuh kakaknya.
' Sekarang Nita sama siapa... ? ' tanya Raka. Teman - teman Raka malah saling berpandangan, mereka lupa, justru Lukman yang di minta menjaga Nita. Raka lalu berusaha meyakinkan para petugas agar ia di izinkan menemui Nita, karena Nita pasti dalam bahaya. Dengan di temani petugas penjara dan teman - temannya, Raka pun ngebut agar bisa segera menemui Nita yang mungkin sedang dalam bahaya.
Nita baru saja menggandeng anaknya untuk mengajaknya menemui suami tercintanya. Tiba - tiba ia di sergap dari belakang. Ya, sersan Lukman sudah mengetahui kabar tentang dirinya. Ia merasa terpojok dan berniat menyandera Nita untuk menyelamatkan dirinya. Dan Raka datang disaat yang tepat. Sekitar tujuh meter di hadapan Lukman yang menyandera Nita, Raka mencoba menenangkan Lukman untuk tidak gegabah. Lukman balik menggertak, ia akan membunuh Nita jika tidak di biarkan lolos. Nita yang tidak mau berpisah dengan Raka untuk kedua kalinya, akhirnya melawan. Nita berusaha merebut pistol Lukman. Pergulatan terjadi. Raka yang melihat kejadian itu reflek merampas pisto dari petugas penjara yang mengawalnya dan ......... DOR...! DOR....!
Terdengar dua kali letusan senjata. Semua yang ada di situ tiarap. Sementara Nita menjerit sangat keras. Beberapa saat kemudian, tampak Raka dan Lukman tergeletak. Nita langsung berlari kearah suaminya dan memeluknya.
Raka mulai siuman ketika Nita dan anaknya masih menangis di sampingnya. Ia tertmbak di bagian dada dan terlihat sangat parah. Sementara Lukman sudah tiada. Ia tertembak tepat di antara dua matanya. Raka juga sebenarnya sangat parah, peluru menembus paru - parunya. Tubuhnya mulai menjadi dingin. Nita lalu memeluknya, seolah tak ingin melepaskannya lagi. Dalam keadaan yang sangat lemah, Raka meminta istrinya untuk membuatkannya air panas untuk membasuh badannya. Nita pun menurut. Setengah jam kemudian Nita kembali membawa air panas. Ia lalu membersihkan Tubuh Raka. Sampai akhirnya tertidur di samping Raka.
Pagi hari Nita terbangun, ia cemas mendapati tubuh Raka sudah dingin. Nita seorang perawat, dia tahu apa yang terjadi. Sesaat tubuhnya gemetar, air matanya mulai menetes. Dalam keadaan tak menentu, ia melihat tangan suaminya menggenggam kertas. Rupanya saat Nita memanaskan air, Raka sempat menulis surat. Nita pun mengambil kertas dari tangan kaku Raka, lalu membacanya....
' Untuk istriku tercinta, Nita. Terima kasih untuk cinta yang begitu besar kepadaku. Tak akan sia - sia, karena aku pun begitu. Tiga tahun kita menghadapi ujian yang sangat berat. Tiga tahun kita bertahan untuk tidak bersama. Buatku, bahkan lebih berat dari ketika menghadapi ratusan peluru. Tapi kamu berhasil melaluinya. Kamu tetap setia. Aku tak ragu lagi, kamu lah cinta sejatiku..... Dan kini, aku menantangmu untuk ujian yang lebih berat lagi. Jika tiga tahun kita tidak bersama dan kamu tetap setia menunggu, mau kah kamu melakukannya lagi sayang. Tapi kali ini setiap hari. Hingga sampai saat kita di pertemukan kembali. Mungkin tidak di sini, di dunia ini. Tapi kelak di kehidupan nanti yang abadi. Jaga baik - baik anak kita sayang. Raka... '
Nita tak bisa lagi menahan kesedihannya. Dadanya begitu sesak. Kakinya lemas. Tidak ada kata - kata yang keluar dari mulutnya. Ia hanya memeluk kuat - kuat suaminya, seakan tak ingin dipisahkan. Suara tangisnya bahkan hampir tak terdengar. Rakanita, anak mereka, yang semula takut dengan ayahnya, ikut mengguncang - guncang lengan ayahnya seolah ingin membangunkannya. Diantara isak tangis, dan derasnya air mata, sayup - sayup terdengar Nita mengucapkan kata - kata ...... I love you..... I love you......
'Apa yang terjadi pada kita semua adalah yang terbaik yang Tuhan berikan buat kita. Tuhan tidak akan menguji hambaNya di luar batas kemampuannya...
Raka dan Nita bukan di pisahkan, Kematian Raka justru untuk menjaga kemurnian dan ke indahan cintanya. '
sumber http://khayannurul.wix.com/nurulkhayanloveneny#!home/mainPage

Tidak ada komentar:

Posting Komentar